Kabupaten Tangerang – Laga persahabatan SMPN 2 vs SMPN 5 Tigaraksa yang berlangsung di Stadion Mini Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, pada Sabtu (4/2/2023) sore lalu, menjadi awal terjadinya aksi pengeroyokan 3 orang siswa oleh puluhan remaja yang diduga dari beberapa sekolah diwilayah Kecamatan Tigaraksa.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, pertandingan antara SMPN 2 vs SMPN 5 semula dijadwalkan pada hari Jumat (3/2/2023), karena kondisi hujan dan lapangan becek, pertandingan digelar pada Sabtu (4/2/2023). Namun disayangkan pihak penyelenggara yang masih belum diketahui itu, tidak melakukan konfirmasi kepada pihak sekolah yang bertanding.
Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut, Banten24.com menemui pengelola stadion mini Tigaraksa, yang berada di Desa Tapos, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Senin (6/2/2023).
Terkait kejadian yang mengakibatkan 3 orang siswa menjadi korban pengeroyokan, usai menonton pertandingan pada Sabtu lalu, pihak pengelola Stadion Mini Tigaraksa, yang akrab disapa RW Ombih, mengaku terkejut.
“Terus terang saya kaget, dan menyesalkan ada peristiwa pengeroyokan yang dialami 3 siswa SMPN 2 Tigaraksa usai menonton sepakbola di stadion mini Tigaraksa,” katanya.
RW Ombih juga mengaku, pertandingan antara SMPN 2 vs SMPN 5 pada sabtu kemarin sempat ricuh dan hanya terjadi di tribun penonton, namun ia tidak mengetahui ada aksi pengeroyokan diluar stadion.
- Baca juga: Keluarga Korban Penganiayaan Pelajar di Gudang Tigaraksa Lapor Polisi
- Baca juga: Buntut Pengeroyokan Siswa, SMPN 2 dan SMPN 5 Tigaraksa Sepakat Bekukan Sementara Ekskul Sepakbola
Disinggung soal izin pertandingan yang digelar pada Sabtu lalu, RW Ombih menjelaskan, soal izin pertandingan sepakbola, seperti pertandingan antara SMPN 2 vs SMPN 5, tidak seperti izin kompetisi, bisa dikatakan mereka hanya latihan atau sparing, dan itu pun diketahui pihak sekolah, karena ada surat yang dikeluarkan.
“Biasanya untuk pertandingan sparing atau latihan, mereka izinnya hanya melalui handphone. Untuk izin bertanding pada Sabtu kemarin saya tidak mengetahui,” ujar RW Ombih.
“Mengenai siapa yang datang untuk izin bertanding pada Sabtu kemarin, anaknya mungkin yang mengetahui,” sambungnya.
RW Ombih juga mengatakan, dirinya dan anaknya (Bonih) hanya mengurus dan merawat stadion, dan untuk yang memegang kunci stadion ada 2 orang, yakni anaknya dan satu lagi dipihak kebersihan dari Kecamatan.
“Dia memegang kunci stadion hanya soal kebersihan, tidak menyangkut soal pertandingan olahraga, soal sepakbola itu urusan anak saya,” terangnya.
Dia juga mengungkapkan, setiap pertandingan ada uang sewanya, 1 tim masing-masing dikenakan Rp200 ribu.
“Jadi setiap pertandingan uang sewanya Rp400 ribu, dan kami juga memberikan air mineral gratis, karena mereka kadang tidak membawa air. Uang itu nantinya dikelola pengurus KOK, untuk biaya perawatan dan kebersihan,” pungkasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Banten24 belum dapat menemui Bonih, anak dari RW Ombih, dan pengurus KOK Tigararaksa untuk dimintai keterangan.
Reporter: Hendra Mandala